Ilustrasi 1 :
Sebuah kejadian nyata terjadi di sebuah provinsi di Jepang. Ada seorang yang kaya raya jatuh depressi pada suatu hari keluar dari rumahnya dengan sekoper uang. Ia berhenti di jalan depan apartmen-nya yang ramai dilalui orang yang hendak pergi bekerja. Tiba- tiba orang kaya tadi berteriak dan melemparkan koper uangnya yang dibuka ke udara sehingga ribuan lembar uang didalamnya bertaburan bak daun rontok di musim kemarau. Apa yang terjadi ? .. Ternyata tak seorang pun dari masyarakat yang melintas di jalan itu yang mengambil uang tersebut. Walaupun uang berserakan dimana- mana tidak ada yang memungutnya.
Seorang Penyapu jalan lalu menyapu uang yang berserakan tadi. Mengumpulkannya lalu mengembalikannya kepada pemiliknya.
Bagi masyarakat di sana , adalah pekerjaan hina mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Bagi mereka kehormatan diri adalah segala - galanya. Mereka tidak akan menghinakan diri dengan mencuri dan korupsi.
Jepang tercatat sebagai negara maju dan disegani.
Ilustrasi 2 :
Di Cina, seorang teknisi AC profesional selesai memperbaiki sebuah AC yang rusak di sebuah apartmen yang disewa mahasiswa Indonesia.
Mahasiswa itu puas dengan hasik kerja sang teknisi lalu memberinya upah 10 Yuan. Upah resminya hanya 5 Yuan. Sang teknisi mengembalikan 5 Yuan. Lalu sang mahasiswa Indonesia itu berkata : ' Tak usah ambil saja semua'. Sang Teknisi AC berkata : ' Upah kami hanya 5 Yuan dan kami tidak boleh menerima lebih dari apa yang kami kerjakan meskipun itu bentuk ucapan terima kasih' ujarnya.
Kejujuran adalah kebutuhan setiap manusia. Juga kebutuhan orang yang maju, orang yang professional dan orang yang terdidik.
Jepang dan Cina membuktikannya. Mereka menjadi negara maju di Asia bahkan Dunia.
Di Indonesia, malah orang awam yang melakukannya. Ada pada ilustrasi di bawah ini.
Ilustrasi 3 :
Namanya Pak Waras. Ia petani biasa di Jawa Timur yang menjadi korban lumpur Lapindo. Anak dan menantunya menjadi pengangguran pasca bencana itu. Ia pun jatuh miskin. Saat menerima ganti rugi dari Pemerintah sesuai perjanjian pembayaran I, ia hanya akan menerima Rp 56 juta, yaitu : 20% dari total kerugiannya yang mencapai Rp 285 juta. Ia kaget saat menerima uang transfer Rp 486 juta. Ia lalu melaporkan kekeliruan transfer tersebut dan mengembalikan kelebihannya. Padahal jika ia diam, tidak ada yang tahu ketika itu.
Dalam wawancara di Televisi ia menyatakan alasan yang mendasarinya mengembalikan uang ratusan juta itu. Dalam bahasa Jawa karena tak mampu berbicara dalam bahasa Indonesia.
Ia menjawab ; ' Kulo wedi dosa pak , niku sanes hak kulo'. Artinya : ' Saya takut dosa pak, itu bukan hak saya '.
Andai kan saja orang yang punya 'Karakter' seperti Pak Waras menjadi menjadi Presiden, jadi Kapolri, jadi Jaksa Agung, jadi Hakim Agung di negeri ini ......
Mari kita mulai dari diri sendiri dan saya yakin, pengunjung wisbenbae memang seharusnya berkarakter seperti ini.
No comments:
Post a Comment